Tuesday, February 26, 2013

sejarah kerajinan perak kota gede



Sejarah Kerajinan perak kota gede dulu berasal ketika Panembahan Senopati di Mataram (Kota Gede) memerintahkan abdi dalem kriya membuat perhiasan dari emas dan perak, Bagaimana jika tidak? mungkin saja Kotagede tidak akan pernah mendapat julukan sebagai Kota Perak. Andai kata pihak keraton Yogyakarta, terutama pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII, tidak terpikat dengan hasil kerajinan logam berciri tradisional hasil sentuhan tangan abdi dalem kriya Kotagede, mungkin kilap perak sudah lama terbenam di antara rumah joglo (lambang kejayaan kekuasaan tradisional Jawa) dan rumah loji (dengan ciri seni bangunan Eropa sebagai lambang kejayaan para pedagang atau pengusaha pribumi yang berhasil).
Argentum (Latin), itulah asal kata perak, sehingga dalam ilmu kimia, perak ditandai dengan lambang Ag (dengan nomor atom 47). Perak dimanfaatkan untuk membuat uang logam, perhiasan, sendok garpu, bahkan menyeruak dalam pembuatan bantalan mesin pesawat terbang. Di Indonesia, kerajinan perak berkembang pesat di Kotagede. Menurut catatan Djoko Soekiman, sudah sejak abad ke-16 (masa kerajaan Mataram Islam), Kotagede muncul sebagai pusat perdagangan yang cukup maju; hal ini setidaknya ditandai dengan sebutan lain untuk kota ini, yaitu Pasar Gede yang dapat diartikan sebagai ‘pasar besar’ (pusat perdagangan yang besar). Selain itu, sebagai pusat perdagangan barang-barang kerajinan, nama-nama wilayah di Kotagede pun berkaitan erat dengan nama usaha kerajinan yang ada: Samakan (tempat tinggal para pengrajin kulit), Sayangan (tempat tinggal para pengrajin barang dari tembaga dan perunggu), Batikan (tempat tinggal para pengrajin batik), dan Pandean (tempat tinggal para pengrajin besi) dan sebagainya.
Munculnya kerajinan perak di Kotagede bersamaan dengan berdirinya Kotagede sebagai ibu kota Mataram Islam pada abad ke-16. Ada bukti yang menunjukkan bahwa seni kerajinan perak, emas, dan logam pada umumnya telah dikenal sejak abad ke-9 (zaman Mataram Kuna/Hindu) dengan diketemukannya prasasti di Jawa Tengah yang di dalamnya termuat istilah pande emas, pande perak, pande wesi, dan sebagainya.

Saturday, February 23, 2013

Batok kelapa craft

Salah satu bentuk kerajinan tangan yang meraimamikan kota yogyakarta adalah kerajinan batok kelapa. dimana batok kelapa yang pada awalnya hanyalah limbah bisa menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomi saat diolah dengan modal kratifitas.

kerajinan batok kelapa diyogyakarta bisa kita temui didaerah kabupaten bantul. dimana kebanyakan pengrajin batok kelapa masih berbentuk home industri akan tetapi jangan heran jika prodak-prodak yang dihasil bisa sampai pada pasar internasional;



kulit craft


Dusun Manding, Desa Sabdodadi, Bantul, Yogyakarta sudah terkenal sebagai sentra kerajinan kulit sejak tahun 1970-an. Kerajinan kulit di desa ini dipelopori oleh tiga pemuda setempat, yaitu Prapto Sudarmo, Ratno Suharjo, dan Wardi Utomo. 

Keahlian mengolah kulit mereka dapat, ketika bekerja di sebuah perusahaan kulit di Kota Yogyakarta pada tahun 1947. Pada tahun 1958, mereka memutuskan untuk pulang kampung dan mendirikan usaha sendiri dengan memproduksi tas, jaket, dan lain-lain.

Dwijo Hadi Suyono, pemilik Toko Selly Kusuma mengisahkan, sejak ketiga orang itu merintis usaha kerajinan kulit di Manding, banyak warga yang tertarik mengikuti jejak mereka. Lambat laun banyak warga setempat yang berprofesi sebagai perajin kulit. Pada tahun 1970-an, dusun ini pun mulai menjelma sebagai sentra kerajinan kulit.

Tanah liat Craft



Usaha kerajinan merupakan usaha yang telah lama ditekuni dan menjadi usaha turun temurun bagi masyarakat Indonsia. Barang-barang hasil produk kerajinan kebanyakan dimintai wisatawan asing yang berkunjung di Indonesia. Bahkan, banyak hasil produk kerajinan telah menembus pasar ekspor ke mancanegara. Salah satu sentra industri kerajinan yang selama ini sudah dikenal luas adalah daerah Kasongan Bantul. Daerah tersebut menjadi desa wisata andalan yang ada di Kabupaten Bantul yang berada di Jalan Bantul km 5,6. 

Sebagian besar masyarakat Kasongan memang bermata pencaharian sebagai pengrajin keramik dan telah menghasilkan berbagai macam produk mulai dari dari guci, jambangan, vas bunga, patung hewan, tempat lilin, dll. Pangsa pasar produk keramik yang ada di Kasongan hampir delapan puluh persen luar negeri, antara lain ke Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, Amerika Serikat, Belanda, dll. Dalam perkembangannya Desa Kasongan, yang dulu menjadi tempat produksi, kini berkembang menjadi tempat pemasaran setelah berdiri kios-kios. Para pengrajin kasongan mampu meningkatkan taraf hidup mereka dengan memproduksi bahan mentah menjadi sebuah hasil karya yang bernilai. Dengan kreativitas dan inovatif yang mereka miliki, para pengrajin mampu melakukan perubahan bentuk yang lebih bervariasi dan menarik dengan harga yang bervariatif pula.
Tidak hanya gerabah yang menjadi pasaran warga kasongan, mulai dari gerabah, bambu, batik kayu hingga topeng. Dan semua kerajinan tersebut intinya terbagi menjadi 3 kategori jenis produk kerajinan, yaitu kerajinan aksesories, home interior, dan koleksi kerajinan antik. Motif yang ditonjolkan pada umumnya berupa guci, dengan motif bunga, bunga mawar, buah buahan, alam, dan masih banyak lagi. Berburu gerabah dan keramik di kasongan, terdapat guci aneka pot, furniture, meja kursi, pernak pernik, mebel hingga kebutuhan interior yang akan menjadikan rumah anda lebih menawan elegant, dan tentu lebih cantik.



Disqus Shortname

Comments system